Sabtu, 22 Agustus 2009

Artikel www.muslim.or.id

Ketika Wanita Menggoda
Penulis: Abu Harun Aminuddin
Sumber: Buletin atTauhid
Allah ta'ala telah menganugerahkan kepada kaum wanita keindahan yang membuat
kaum lelaki tertarik kepada mereka. Namun syariat yang suci ini tidak memperkenankan
keindahan itu diobral seperti layaknya barang dagangan di etalase atau di emperan toko.
Tapi kenyataan yang kita jumpai sekarang ini wanita justru menjadi sumber fitnah bagi
lakilaki.
Di jalanjalan,
di acara TV atau di VCD para wanita mengumbar aurat seenaknya
bak kontes kecantikan yang melombakan keindahan tubuh, sehingga seolaholah
tidak
ada siksa dan tidak kenal apa itu dosa. Benarlah sabda Rasulullah yang mulia dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana beliau bersabda,
"Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih besar bagi kaum lelaki daripada
wanita." (HR. Bukhari Muslim)
Ya, begitulah realitasnya, wanita menjadi sumber godaan yang telah banyak
membuat lelaki bertekuk lutut dan terbenam dalam lumpur yang dibuat oleh syaitan
untuk menenggelamkannya. Usahausaha
untuk menggoda bisa secara halus, baik
disadari maupun tidak, secara terangterangan
maupun berkedok seni. Tengoklah kisah
Nabi Allah Yusuf 'alaihis salam tatkala istri pembesar Mesir secara terangterangan
menggoda Beliau untuk diajak melakukan tindakan tidak pantas. Nabi Yusuf pun
menolak dan berkata, "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukanku
dengan baik." (QS. Yusuf: 23)
Muhammad bin Ishaq menceritakan, AsSirri
pernah lewat di sebuah jalan di kota
Mesir. Karena tahu dirinya menarik, wanita ini berkata, "Aku akan menggoda lelaki ini."
Maka wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan AsSirri.
Beliau lantas bertanya, "Ada apa denganmu?" Wanita itu berkata, "Maukah anda
merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat?" Beliau malah kemudian
melantunkan syair, "Berapa banyak pencandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan
dari wanitawanita
itu, namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan
siksa yang nyata. Mereka menikmati kemaksiatan yang hanya sesaat, untuk merasakan
bekasbekasnya
yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat
dan mendengar hambaNya,
dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua."
(Roudhotul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, karya Ibnul Qayyim)
Perhatikanlah bagaimana Rasulullah telah mewantiwanti
kepada kita sekalian lewat
sabda beliau, "Hatihatilah
pada dunia dan hatihatilah
pada wanita karena fitnah pertama bagi
Bani Isroil adalah karena wanita." (HR. Muslim) Kini, di era globalisasi, ketika arus informasi
begitu deras mengalir, godaan begitu gampang masuk ke rumahrumah
kita. Cukup
dengan membuka surat kabar dan majalah, atau dengan mengklik tombol remote control,
godaan pun hadir di tengahtengah
kita tanpa permisi, menampilkan wanitawanita
yang
berpakaian tapi telanjang, berlenggaklenggok
memamerkan aurat yang semestinya
dijaga.
Lalu, sebagian muslimah ikutikutan
terbawa oleh propaganda gaya hidup seperti
ini. Pakaian kehormatan dilepas, diganti dengan pakaianpakaian
ketat yang membentuk
lekuk tubuh, tanpa merasa risih. Godaan pun semakin kencang menerpa, dan pergaulan
bebas menjadi hal biasa. Maka, kita perlu merenungkan dua bait syair yang diucapkan
oleh Sufyan AtsTsauri:
"Kelezatankelezatan
yang didapati seseorang dari yang haram,
Artikel www.muslim.or.id
Artikel boleh disebarluaskan dengan syarat menyertakan sumbernya 2
toh akan hilang juga, yang tinggal hanyalah aib dan kehinaan, segala kejahatan akan
meninggalkan bekasbekas
buruk, sungguh tak ada kebaikan dalam kelezatan yang
berakhir dengan siksaan dalam neraka."
Seorang ulama yang masyhur, Ibnul Qayyim pun memberikan nasihat yang sangat
berharga: "Allah Subhanahu wa ta'ala telah menjadikan mata itu sebagai cerminan hati.
Apabila seorang hamba telah mampu meredam pandangan matanya, berarti hatinya telah
mampu meredam gejolak syahwat dan ambisinya. Apabila matanya jelalatan, hatinya juga
akan liar mengumbar syahwat..."
Wallahul Musta'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar